Rabu, 05 Juni 2013

TIM PAWIYATAN KEBUMENAN UPAYAKAN DIGITALISASI NASKAH KUNO




UPAYAKAN DIGITALISASI NASKAH KUNO, Di Kebumen diperkirakan  masih memiliki beberapa manuskrip (naskah kuno) yang tersebar di berbagai pelosok. Keberadaan naskah tersebut sampai sekarang diperkirakan masih dikoleksi secara pribadi atau disimpan oleh instansi pemerintah. Penulisan naskah kuno, ada  yang menggunakan aksara Jawa carik ada pula yang menggunakan aksara Pegon.
Ketua Pawiyatan Kebumenan Pekik Sat Siswonirmolo bersama ketua tim riset dari Pawiyatan Kebumenan Agus Budiono,SS, menyatakan telah berhasil menemukan salah satu naskah kuno tersebut, meskipun dalam kondisi yang  sudah  sangat memprihatinkan, lusuh dan tercerai berai dimakan ngengat.
Selanjutnya Tim Pawiyatan Kebumenan mengupayakan upaya digitalisasi naskah. Langkah tersebut bertujuan  untuk memelihara dan menjaga kondisi manuskrip yang berumur ratusan tahun tersebut.
Agus Budiono,SS, ketua tim riset dari Pawiyatan Kebumenan mengatakan;
” Inventarisasi, transliterasi serta digitalisasi naskah kuno,  tentunya merupakan langkah yang sangat mendesak untuk dilakukan.  Tujuannya adalah untuk penyelamatan naskah  kuno yang ada. Sebab, naskah yang ada di masyarakat pada umumnya kurang terawat, sehingga mudah rusak, hilang, bila terkena hujan atau dimakan ngengat.”  Agus mengingatkan, pada tahun 1475 M di Kebumen telah berdiri pondok pesantren yang diyakini tertua di Jawa Tengah , sehingga sangat dimungkinkan pelbagai manuskrip, kitab-kitab kuno serta risalah sejarah tersimpan disana,.
"Proses digitalisasi tersebut diperkirakan akan memakan waktu lama, karena selain proses digitalisasi, juga akan dilakukan transliterasi atau alih aksara dari huruf Jawa ke huruf  Latin agar semua orang bisa memahami isinya," kata Agus.

Menurutnya, naskah-naskah tersebut sangat penting, karena memuat tentang sejarah penting Kebumen di masa lalu. Namun pada saat ini terancam punah karena generasi sekarang sudah mengabaikannya, terlebih setelah memasuki era teknologi dan informasi.

Saat ini satu naskah kuno yang telah berhasil dilakukan digitalisasi dan alih aksara oleh Tim Pawiyatan adalah naskah Babad Arungbinang yang merupakan koleksi pribadi Agus Budiono, naskah kuno yang ditulis oleh R. Ng. Yasadipura I (lahir: 1729 – wafat: 1802) di Surakarta tersebut kini kondisi naskahnya sudah demikian memprihatinkan sebagian sudah hancur dimakan usia. Beruntung tim Pawiyatan telah berhasil melakukan penyelamatan terhadap naskah yang sangat tua tersebut. Naskah yang menceritakan tentang kondisi setelah meninggalnya Sultan Agung Hanyakrakusuma yang kemudian digantikan oleh Amangkurat Agung sampai kemudian menyebabkan Pangeran Bumidirja pergi meninggalkan kerajaan dan tinggal di Kebumen hingga menceritakan situasi perang Jawa antara pihak Surakarta/Pakubuwana melawan Pangeran Mangkubumi di daerah Bagelen yang dipimpin oleh Tumenggung Hanggawangsa atau Tumenggung Arungbinang.

Biaya mendigitalisasikan satu naskah babad pun ternyata tidak murah.

Agus yang memiliki kemampuan cara membaca aksara Jawa carik itupun menambahkan, untuk digitalisasi satu halaman naskah bisa menghabiskan biaya sekitar Rp 25 ribu dengan rincian, biaya pemotretan Rp 5 ribu, alih aksara Rp 20 ribu. "Biaya tersebut bisa bertambah lagi jika dilakukan penerjemahan ke dalam Bahasa Indonesia, dan kalau satu halaman naskah itu kemudian menjadi beberapa halaman folio saat dialihaksarakan (penggantian huruf jawa ke latin). Bisa dibayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan  untuk diigitalisasi satu naskah berhalaman tebal seperti naskah Babad Arungbinang ini . Yang walaupun dalam kondisi tidak lengkap/ sebagian hancur, terdiri dari 518 halaman,"katanya

Ia mengeluhkan tidak adanya donator yang mau membantu melakukan pekerjaan tersebut, selama ini masih menggunakan dana pribadi dari para anggota Tim Pawiyatan untuk  melancarkan semua kegiatan. Padahal naskah-naskah kuno itu sangat penting terutama dari segi pengetahuan yang ada di dalamnya.

"Susah sekali melestarikan naskah jika tidak ada suport dari pemerintah, apalagi jika tidak bisa memberikan  pendapatan apa apa untuk mereka. Bagaimana pengetahuan bisa ditransfer ke generasi penerus jika naskah rusak karena tidak ada dana untuk merawat " keluh Agus.
Apabila diantara masyarakat  Kebumen ada yang mengetahui keberadaan, atau menyimpan naskah kuno, dan mengalami kesulitan memahami isinya, diharapkan untuk menghubungi Pawiyatan Kebumenan. Maka Pawiyatan akan membantu menterjemahkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar