Senin, 10 Juni 2013

PELANTIKAN PRAMUKA PENGGALANG GUDEP 075 DAN 076 SMPN 1 KARANGGAYAM





 Drs. Carta Hanindyta selaku Pembina dan Ka Gudep menyematkan tanda peserta dalam acara pembukaan pelantikan yang dilaksanakan di obyek wisata Gua Jatijajar.
 Dalam upaya meningkatkan kualitas gerakan pramuka di gudep 075/076 SMP Negeri 1 Karanggayam telah dilaksanakan pelantikan pramuka penggalang ramu dan rakit sekaligus pelantikan dan serah terima pengurus dewan penggalang pada hari Senin (10/06). Drs. Carta Hanindyta selaku Pembina dan Ka Gudep dalam arahan sekaligus pelantikan yang dilaksanakan di obyek wisata Gua Jatijajar, Kebumen tersebut menyampaikan, bahwa kegiatan Pramuka merupakan wadah pendidikan nyata bagi para siswa. “Pramuka merupakan sarana untuk membuktikan sekaligus menerapkan teori-teori yang telah kita pelajari dalam kelas, terutama dalam aspek pengembangan karakter atau ahklak mulia siswa, sebagai contoh dalam pembelajaran kita belajar tentang tolong menolong. Di gerakan Pramuka akan kita jumpai kenyataanya, kita belajar tentang jiwa pengorbanan dan lainya-lanya di Pramuka kita dapat lansung mengaplikasikanya,” kata Pembina yang juga mengampu mata pelajaran PKn tersebut.
Dijelaskan pula bahwa mulai tahun pelajaran baru 2013/2014 nanti akan diterapkan sistem kurikulum baru yang akan menggantikan kurikulum 2006 dan membawa banyak perubahan baik di jenjang pendidikan tinggi maupun jenjang pendidikan dasar dan menengah. Salah satu perubahan kurikulum yang akan diterapkan mulai tahun pelajaran baru mendatang memasukkan Pramuka dalam kurikulum ekstra yang wajib diadakan oleh sekolah dalam rangka penguatan karakter peserta didik.
Melalui kebijakan baru tersebut harapannya Gerakan Pramuka mampu menjaga empat pilar kebangsaaan dalam membentuk karakter, nasionalisme dan sikap-sikap dasar bangsa Indonesia, seperti gotong royong, saling menolong serta ramah tamah kembali tumbuh di kalangan  generasi muda.
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Prinsip Dasar Kepramukaan sebagai norma hidup seorang anggota Gerakan Pramuka, ditanamkan dan ditumbuhkembangkan melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadinya dengan dibantu oleh pembina, sehingga pelaksanaan dan pengamalannya dilakukan dengan penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggung jawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat.
Terpisah, Kepala SMP Negeri 1 Karanggayam yang dalam kegiatan kali ini diwakili oleh wakil kepala sekolah Rahmadi,S.Pd didampingi Ramelan, A.Md selaku ketua tim kesiswaan mengatakan, kegiatan pelantikan ini merupakan kegiatan pembinaan yang telah dilakukan secara terprogram dan terus menerus di Gudep 075/076 SMP Negeri 1 Karanggayam, target kita sangat jelas melalui kegiatan ini akan lahir anggota-anggota Pramuka yang handal dan mampu berprestasi, selama kegiatan ini seluruh peserta telah mendapatkan pembekalan metal spiritual, fisik serta kemampuan kepramukaan.
Acara pelantikan Pramuka penggalang sendiri diikuti oleh 544 peserta dibantu oleh dewan penggalang dan alumni, serta semua Pembina Pramuka gudep 075/076 SMP Negeri 1 Karanggayam seperti Agus Budiono,S.S, Sri Purwati, A.Md, dll yang dalam kegiatan selama sehari penuh ini diberi tantangan, dengan terlebih dahulu  berjalan kaki sejauh 5 km sebelum finish di obyek wisata Gua Jatijajar dan di lantik di tempat tersebut. Sebelumnya dalam kegiatan terpisah yang diadakan di sekolah telah pula diadakan kegiatan untuk menyelesaikan tugas mengisi SKU dan SKK. Kegiatan ini nampaknya disambut antusias oleh para peserta baik kelas 7 maupun kelas 8, apalagi selain acara pelantikan juga diberi kesempatan untuk bermain bersama di obyek wisata Gua Jatijajar Kebumen dan Pantai Jetis Cilacap*.

PENTAS TEATER SANGGAR ILIR IMAKTA YOGYA DI STAINU KEBUMEN



Salah satu adegan dalam pementasan cerita Gedhe Lemah Kuning atau Kiblat Tanah Negri.
 Meskipun Kebumen Sabtu(08/06) dari sore diguyur hujan lebat, pentas Sanggar Ilir IMAKTA Yogyakarta di Auditorium STAINU Kebumen berlangsung sukses. Pada pentas produksi teater ke 9 dengan didukung enam orang aktor dan aktris itu menganggkat cerita Gedhe Lemah Kuning atau Kiblat Tanah Negri.
Pementasan berkisah tentang Ki Gedhe Lemah Kuning, seorang tokoh yang kontraversial di kraton Unggul Pawenang karena dianggap telah menyebarkan ajaran yang sesat, melanggar syariat. Ki  Gedhe Lemah Kuning menyebarkan sebuah ajaran makrifat yang seharusnya belum saatnya diajarkan kepada rakyat Unggul Pawenang yang masih awam. Keadaan tersebut menimbulkan kekhawatiran dikalangan para dewan wali dan sesepuh di kraton Unggul Pawenang. Pementasan diakhiri dengan adegan mukswanya Ki Gedhe Lemah Kuning.
Kiblat Tanah Negri merupakan pementasan teater surealism garapan sutradara Abdul Qodir Al-Amin, sebenarnya merupakan naskah teater kolosal yang dimainkan olel lebih dari 400 orang pamain. Ditangan sutradara Abdul Qodir Al-Amin, meskipun dengan tidak mengurangi bobot ceritanya, jumlah pemain disusut hingga menjadi enam orang. Untuk penggarapan ilustrasi musiknya didukung oleh Komunitas Gorong Gorong Institut (GGI) yang berasal dari Dinasti Yogyakarta.
Sebenarnya dari setiap pementasan kelompok teater yang ada di Kebumen, baik yang dilakukan oleh teater pelajar, teater kampus ataupun komunitas teater umum semuanya menawarkan konsep, ide maupun cerita yang menarik. Hanya sayangnya pada setiap pementasan kelompok teater tersebut belum dapat memvisualisasikan konsep, ide maupun cerita secara maksimal karena terkendala fasilitas yang ada dan keterbatasan dana anggaran penyelenggaraan pementasan.
Diantara puluhan penonton, ikut hadir menyaksikan pementasan Ketua DKD Kabupaten Kebumen Pekik Sat Siswonirmolo, didampingi Putut Ahmad Su’adi S.Hum dan Pitra Suwita.
“Saya menyampaikan apresiasi yang setinggi tinggi kepada Sanggar Ilir IMAKTA dan Komunitas Gorong Gorong Institut yang telah melakukan pentas teater. Semoga pementasan kali ini semakin menyemarakkan kegiatan seni teater di Kebumen. Sejak awal Mei lalu di kebumen telah beberapa kali terselenggara kegiatan pentas teater, diantaranya Laboratorium Teater Film Usmar Ismail UNES Semarang dengan Sumur Tanpa Dasar (15/05) di Auditorium STAINU Kebumen, dan Komunitas kieBae Purwokerto yang atas prakarsa dari Sekolah Rakyat MeluBae Kebumen mementasan Sandiwara Malam di Aula PGRI Kebumen (25/05)”,kata Pekik.

Rabu, 05 Juni 2013

TIM PAWIYATAN KEBUMENAN UPAYAKAN DIGITALISASI NASKAH KUNO




UPAYAKAN DIGITALISASI NASKAH KUNO, Di Kebumen diperkirakan  masih memiliki beberapa manuskrip (naskah kuno) yang tersebar di berbagai pelosok. Keberadaan naskah tersebut sampai sekarang diperkirakan masih dikoleksi secara pribadi atau disimpan oleh instansi pemerintah. Penulisan naskah kuno, ada  yang menggunakan aksara Jawa carik ada pula yang menggunakan aksara Pegon.
Ketua Pawiyatan Kebumenan Pekik Sat Siswonirmolo bersama ketua tim riset dari Pawiyatan Kebumenan Agus Budiono,SS, menyatakan telah berhasil menemukan salah satu naskah kuno tersebut, meskipun dalam kondisi yang  sudah  sangat memprihatinkan, lusuh dan tercerai berai dimakan ngengat.
Selanjutnya Tim Pawiyatan Kebumenan mengupayakan upaya digitalisasi naskah. Langkah tersebut bertujuan  untuk memelihara dan menjaga kondisi manuskrip yang berumur ratusan tahun tersebut.
Agus Budiono,SS, ketua tim riset dari Pawiyatan Kebumenan mengatakan;
” Inventarisasi, transliterasi serta digitalisasi naskah kuno,  tentunya merupakan langkah yang sangat mendesak untuk dilakukan.  Tujuannya adalah untuk penyelamatan naskah  kuno yang ada. Sebab, naskah yang ada di masyarakat pada umumnya kurang terawat, sehingga mudah rusak, hilang, bila terkena hujan atau dimakan ngengat.”  Agus mengingatkan, pada tahun 1475 M di Kebumen telah berdiri pondok pesantren yang diyakini tertua di Jawa Tengah , sehingga sangat dimungkinkan pelbagai manuskrip, kitab-kitab kuno serta risalah sejarah tersimpan disana,.
"Proses digitalisasi tersebut diperkirakan akan memakan waktu lama, karena selain proses digitalisasi, juga akan dilakukan transliterasi atau alih aksara dari huruf Jawa ke huruf  Latin agar semua orang bisa memahami isinya," kata Agus.

Menurutnya, naskah-naskah tersebut sangat penting, karena memuat tentang sejarah penting Kebumen di masa lalu. Namun pada saat ini terancam punah karena generasi sekarang sudah mengabaikannya, terlebih setelah memasuki era teknologi dan informasi.

Saat ini satu naskah kuno yang telah berhasil dilakukan digitalisasi dan alih aksara oleh Tim Pawiyatan adalah naskah Babad Arungbinang yang merupakan koleksi pribadi Agus Budiono, naskah kuno yang ditulis oleh R. Ng. Yasadipura I (lahir: 1729 – wafat: 1802) di Surakarta tersebut kini kondisi naskahnya sudah demikian memprihatinkan sebagian sudah hancur dimakan usia. Beruntung tim Pawiyatan telah berhasil melakukan penyelamatan terhadap naskah yang sangat tua tersebut. Naskah yang menceritakan tentang kondisi setelah meninggalnya Sultan Agung Hanyakrakusuma yang kemudian digantikan oleh Amangkurat Agung sampai kemudian menyebabkan Pangeran Bumidirja pergi meninggalkan kerajaan dan tinggal di Kebumen hingga menceritakan situasi perang Jawa antara pihak Surakarta/Pakubuwana melawan Pangeran Mangkubumi di daerah Bagelen yang dipimpin oleh Tumenggung Hanggawangsa atau Tumenggung Arungbinang.

Biaya mendigitalisasikan satu naskah babad pun ternyata tidak murah.

Agus yang memiliki kemampuan cara membaca aksara Jawa carik itupun menambahkan, untuk digitalisasi satu halaman naskah bisa menghabiskan biaya sekitar Rp 25 ribu dengan rincian, biaya pemotretan Rp 5 ribu, alih aksara Rp 20 ribu. "Biaya tersebut bisa bertambah lagi jika dilakukan penerjemahan ke dalam Bahasa Indonesia, dan kalau satu halaman naskah itu kemudian menjadi beberapa halaman folio saat dialihaksarakan (penggantian huruf jawa ke latin). Bisa dibayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan  untuk diigitalisasi satu naskah berhalaman tebal seperti naskah Babad Arungbinang ini . Yang walaupun dalam kondisi tidak lengkap/ sebagian hancur, terdiri dari 518 halaman,"katanya

Ia mengeluhkan tidak adanya donator yang mau membantu melakukan pekerjaan tersebut, selama ini masih menggunakan dana pribadi dari para anggota Tim Pawiyatan untuk  melancarkan semua kegiatan. Padahal naskah-naskah kuno itu sangat penting terutama dari segi pengetahuan yang ada di dalamnya.

"Susah sekali melestarikan naskah jika tidak ada suport dari pemerintah, apalagi jika tidak bisa memberikan  pendapatan apa apa untuk mereka. Bagaimana pengetahuan bisa ditransfer ke generasi penerus jika naskah rusak karena tidak ada dana untuk merawat " keluh Agus.
Apabila diantara masyarakat  Kebumen ada yang mengetahui keberadaan, atau menyimpan naskah kuno, dan mengalami kesulitan memahami isinya, diharapkan untuk menghubungi Pawiyatan Kebumenan. Maka Pawiyatan akan membantu menterjemahkannya.

RAT PAGUYUBAN SIMPAN PINJAM SAHABAT SMP N2 KUTOWINANGUN



Paguyuban Simpan Pinjam (PSP) “ Sahabat “ SMP 2 Kutowinangun menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tutup Buku Tahun 2012, Selasa 12 Pebruari  di Aula SMP Negeri 2 Kutowinangun. Paguyuban ini sebenarnya bidang kerjanya mirip dengan koperasi, hanya saja pengelolaanya dilakukan secara mandiri yang kental dengan azas kekeluargaan.
Pada laporan pertanggung jawaban pengurus  Ketua PSP Sahabat, Turmudi A.Md. antara lain menyampaikan; tahun ini PSP Sahabat SMP 2 Kutowinangun memasuki usia 17 tahun, dengan 58 anggota, paguyupan simpan pinjam ini telah memperoleh Gross Profit  lebih dari 52 juta rupiah dan memiliki kekayaan  lebih dari 320 juta rupiah dengan perputaran asset lebih dari 773 juta rupiah.
“Pengelolaan paguyuban ini tidak menemui kendala yang berarti, karena kepengurusan yang solid dan tidak terdapat kredit macet, hanya saja kadang  memang ada anggota yang mengangsur pinjamannya agak  lambat” tambahnya lagi.
Berdasarkan penjelasan Drs. Basuki Waluyo selaku Bendahara PSP Sahabat SMP 2 Kutowinangun Jasa  pinjaman tahun 2012 telah mencapai  Rp.52.810.500. Hal tersebut  sudah melebihi target dari yang direncana sebesar yaitu Rp. 42.000.000.
“Dengan aktifnya para anggota PSP Sahabat akan meningkatkan perolehan jasa yang direncanakan pada  tahun ini” harapan  Basuki Waluyo selaku bendahara. 
“Paguyuban  PSP Sahabat diharapkan  mengembangkan usaha dengan skala usaha yang lebih besar dan juga ikut berperan dalam membimbing dan membekali  Siswa  dengan kegiatan live skil  manajemen sederhana  yaitu  dengan melibatkan siswa untuk ikut berperan dalam mengelola Toko Siswa SMP 2 Kutowinangun” harapan Sugiyatno S.Pd. M.Pd  Kepala SMP 2 Kutowinangun selaku Penasihat paguyuban.
  “Keberadaan Paguyuban ini sangat membantu anggotanya teutama pada saat mengalami kesulitan pendanaan, mengingat jasa pinjamannya kecil hanya 1% saja” kata Drs Bambang Widinoegroho sekretaris paguyuban.       
                                                                                                                           
                                                                                  
PEMAPARAN PROGRAM: Turmudi A.Md selaku Ketua Paguyuban  Simpan Pinjam (PSP) SAHABAT SMP 2 Kutowinangun memaparkan Program Kerja Pengurus untuk tahun 2013.

ATLET TENIS KEBUMEN SIAP MAJU KE JAWA TENGAH




PENCARIAN BENTENG ARUMBINANG YANG HILANG




PENCARIAN BENTENG ARUMBINANG YANG HILANG, Pada babad Arumbinang halaman 329 yang berupa pupuh tembang durma, menceritakan Kompeni dan Tumenggung Arumbinang membangun benteng pertahanan di desa Ungaran. Diceritakan bahwa benteng dibangun didekat sebuah sungai yang bercabang di desa Ungaran. Berdasarkan data tersebut  3 orang dari tim Pawiyatan Kebumenan, Minggu, 03 Maret 2013, menyusuri sungai Pedegolan yang diduga sebagai tempat didirikannya benteng Kompeni dan Tumenggung Arumbinang I.
Dengan diantar 2 orang warga Pejagatan, Suradi (70 Th)dan Purwanto, S.Pd. (46 Th)tim menyusuri sungai Pedegolan. Pada saat Tim sampai di sebuah jembatan Purwanto S.Pd. mengatakan; “ Jembatan Pejagatan ini  dulu merupakan jembatan gantung yang menghubungkan 2 desa, di sebelah utara desa Pejagatan dan sebelah selatan desa Ungaran.
Berdasarkan keterangan Suradi, di sisi utara tepi sungai sebelah timur jembatan, pada jaman dahulu memang terdapat sisa-sisa bangunan yang oleh masyarakat pada waktu itu disebut benteng.
“ Sayangnya bekas bangunan tersebut sudah hilang mungkin terbenam lumpur sungai “  kata Suradi.
Sisa peninggalan Belanda yang masih tampak  adalah bekas pintu air di tepi sungai sisi bagian selatan, tepat di bawah sebelah timur jembatan Pejagatan.
“ Hampir seluruh bagian dari  bangunan pintu air tersebut sudah hilang  mungkin diambil orang, bekas yang kelihatan hanya lubang seperti terowongan yang ujungnya pun sudah tertimbun tanah.” Tambah Suradi.
Penelusuran dilanjutkan kembali hingga sampai tepat di sisi selatan sungai yang bercabang, yang kemungkinan besar  merupakan letak posisi benteng tersebut berada. Untuk pembuktian hal tersebut sudah barang tentu dibutuhkan penelitian lebih mendalam.